Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial – Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Universitas Indonesia

Pencarian
Tutup kotak telusur ini.

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan dari Bank Sampah di Kota Depok, Jawa Barat

Sabtu 11 Oktober 2014

Kota Depok menghadapi permasalahan serius dalam pengelolaan sampah. Dihuni oleh 2 juta jiwa dengan pertumbuhan migrasi sebesar 4 persen dan pertumbuhan PDRB sebesar 7 persen, satu-satunya TPA di Cipayung di Depok menjadi kelebihan beban. Dalam dua tahun terakhir, volume sampah meningkat dari 3,000 meter kubik menjadi 4,500 meter kubik per hari. Dari jumlah tersebut, Kota Depok mampu mengumpulkan kurang dari sepertiga total sampah yang dihasilkan. Beberapa kebijakan yang diterapkan tidak efektif untuk mengurangi sampah.

Meskipun pemerintah kurang berhasil menyelesaikan masalah sampah, beberapa komunitas di Depok mendirikan apa yang disebut 'Bank Sampah' (bank sampah). Bank sampah merupakan bank yang memanfaatkan sampah anorganik sebagai tempat penyimpanannya. Program ini muncul sebagai program berbasis masyarakat yang didorong oleh pengelola bank sampah yang bekerja secara sukarela dengan sedikit insentif dalam bentuk uang. Berdiri sejak tahun 2011, kini terdapat lebih dari 500 bank sampah di Kota Depok. Selama bulan Juni 2013 – Desember 2013 saja, jumlah bank sampah meningkat dari 60 menjadi hampir 400 lokasi.

Program bank sampah sebagai inisiatif masyarakat mendukung program pemerintah dengan mengubah perilaku masyarakat dalam memilah sampah. Baik sampah anorganik maupun sampah organik menghasilkan nilai ekonomi setelah dipilah: sampah anorganik akan didaur ulang dan sampah organik akan dibuat kompos. Sampah organik dikomposkan baik di UPS (fasilitas pengolahan sampah organik) atau melalui kompos buatan sendiri. Pemerintah Kota Depok menargetkan pada tahun 2014, Kota Depok memiliki 2,000 lokasi untuk mengurangi 40 persen sampah yang dihasilkan di Kota Depok.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas program bank sampah dalam mengurangi sampah dan memperkirakan manfaat ekonomi yang diperoleh dari kegiatan bank sampah. Kami menggunakan studi kasus bank sampah di tiga Kecamatan. Kami juga menganalisis tingkat partisipasi anggota bank sampah di tiga lokasi dan keberlanjutan kegiatan bank sampah. Kami menemukan bahwa manfaat yang diperoleh dari kegiatan bank sampah berbeda-beda di setiap lokasi. Setelah menganalisis tingkat partisipasi anggota bank sampah, kami menyimpulkan bahwa manfaat ekonomi yang ditawarkan adalah 'adil' untuk mempertahankan partisipasi anggota dalam kegiatan bank sampah namun kemungkinan penurunan partisipasi anggota dapat terjadi jika tidak ada tindakan yang diambil. Kami juga menemukan bahwa program bank sampah mengurangi timbulan sampah namun berdasarkan perkiraan kami jumlahnya hanya 2 persen. Namun jika asumsi tertentu terpenuhi, pada akhir tahun 2015 angka tersebut bisa meningkat menjadi 15 persen, namun masih di bawah prediksi pemerintah daerah yang memperkirakan penurunan sebesar 40 persen.

(Alin Halimatussadiah, Departemen Ilmu Ekonomi, FEUI, 19 Septemberth , 2014)

Posting Terakhir

Laporan Khusus: Depresiasi Rupiah, Perlukah Panik?

Kamis 25 April 2024

Seri Analisis Makroekonomi: Rapat Dewan Gubernur BI, April 2024

Rabu 24 April 2024

Seri Analisis Makroekonomi: Inflasi Bulanan, April 2024

Kamis 4 April 2024

Kebutuhan Pelatihan Pekerja Migran Indonesia (Labour Market Brief, Maret 2024)

Jumat 29 Maret 2024

Posting terkait

Senin 13 Februari 2023

Diskusi Pakar Teknis Tertarget (TTED) mengenai Deforestasi Berbasis Komoditas dan Produksi Berkelanjutan di Indonesia

Kamis 8 Desember 2022

Meningkatkan Peran Filantropi dalam Pembiayaan SDGs di Indonesia: Pentingnya Pencapaian SDGs, Peran Filantropis, dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan

Senin 14 November 2022

INVESTOR BRIEF: Memanfaatkan Prospek Komoditas Kakao Berkelanjutan Indonesia

Terjemahkan »