Prof. Dr. Widjojo Nitisastro dikenal sebagai arsitek utama ekonomi Indonesia pada era Orde Baru. Dia kembali memegang peran penting itu ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997. Tidak heran jika Newsweek menyebut pendiri Institut Demografi FEBUI sebagai “orang yang tanpa diragukan lagi memiliki dampak individual terbesar pada ekonomi Indonesia”. Prof. Dr. Widjojo adalah alumnus FEBUI, lulus dengan predikat Cum Laude. Setelah itu, dia melanjutkan studinya di bidang ekonomi dan demografi di University of California di Berkeley dan 3,5 tahun kemudian, dia memperoleh gelar PhD dalam bidang Ekonomi.
Prof. Dr. Widjojo adalah seorang pria yang memiliki pikiran cemerlang. Dia dipercaya untuk menjalankan tugas-tugas penting oleh pemerintah dan dunia akademis. Sejak tahun 1953, dia telah menjadi perencana di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Dia menjadi Direktur LPEM FEBUI dan Dekan FEB UI (1964-1968), anggota Dewan Pembina Institut Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (1967), Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (1967-1971), dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (1971-1973). Dia juga secara bersamaan menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (1973-1978 dan 1978-1983).
Setelah itu, dia tetap aktif sebagai Penasihat Ekonomi Presiden. Widjojo sering dianggap sebagai pemimpin dari Berkeley Mafia – julukan yang diberikan kepada sekelompok ekonom dan menteri keuangan – yang memiliki pengaruh besar dalam menentukan kebijakan ekonomi Indonesia di awal era Orde Baru. Ketika Abdurrahman Wahid menjadi presiden, Widjojo diminta untuk memimpin tim ekonom Indonesia dalam pertemuan Klub Paris pada pertengahan April 2000. Misi tim ini adalah untuk bernegosiasi restrukturisasi pembayaran utang publik. Permintaan tim ini disetujui oleh kelompok donor, yang terdiri dari 19 negara anggota. Prof. Dr. Mohammad Sadli memuji peran Widjojo. Menurut Sadli, 95 persen pekerjaan delegasi Indonesia adalah hasil dari kepemimpinan dan keteguhan Widjojo.
Kerja kerasnya membuatnya menerima banyak penghargaan. Namun, dia tetap menjadi intelektual sejati yang sangat peduli pada kemajuan pendidikan. Dia adalah orang pertama yang memberikan saran tentang pengembangan kampus baru Universitas Indonesia. Banyak orang menganggapnya sebagai ‘primus inter pares’ (orang pertama di antara yang pertama). Prof. Dr. Widjojo Nitisastro meninggal di Jakarta pada usia 84 tahun pada bulan Maret 2012.