Beberapa perkembangan terbaru yang dapat mengubah arah kebijakan Bank Indonesia sudah terlihat sejak bulan lalu. Hasil pertumbuhan Q2 dan pertumbuhan kredit yang suram menunjukkan pertumbuhan yang lamban dan lemahnya permintaan domestik yang biasanya menjadi pendorong pertumbuhan di masa lalu. Hal ini meningkatkan risiko inflasi yang terlalu rendah dan membuat pertumbuhan PDB berada di bawah target, terutama karena pengaruh kenaikan harga listrik yang mungkin telah tercermin sepenuhnya pada tingkat harga saat ini. Akibatnya, Bank Indonesia perlu mulai kembali melonggarkan kebijakan moneter, baik melalui pemotongan suku bunga atau menggunakan cara lainnya, jika fluktuasi mata uang masih menjadi perhatian utama.