Pemotongan suku bunga darurat sebanyak dua kali oleh The Fed dalam dua minggu terakhir karena meningkatnya pandemi Covid-19 telah menyebabkan pasar melakukan aksi jual besar-besaran pada aset-aset berisiko. Ketakutan akan ketidakpastian di kalangan investor global memicu arus keluar modal dari negara-negara berkembang. Portofolio Indonesia telah mencatatkan arus keluar sebesar USD8.1 miliar sejak penyebaran Covid-19 muncul pada akhir Januari. Untuk mengantisipasi gangguan perekonomian akibat wabah ini dalam jangka pendek hingga menengah, bank sentral telah berupaya menjaga likuiditas sistem perbankannya dengan memangkas suku bunga kebijakannya. Bank Indonesia juga telah memperkenalkan paket stimulus, termasuk memberikan sejumlah suntikan pada pasar valas dan DNDF serta menurunkan persyaratan cadangan devisa bank. Namun, pergerakan dana ke aset-aset yang lebih aman sejauh ini telah melemahkan Rupiah menjadi sekitar Rp15,200. Dampak terhadap stabilitas nilai tukar juga terlihat pada depresiasi mata uang negara-negara berkembang karena penghindaran risiko yang ekstrim di pasar telah menyebabkan kekurangan mata uang asing, khususnya USD, di seluruh dunia. Kondisi ini jelas membuat pasar keuangan berada dalam kondisi suram.