Setelah merebaknya varian Delta pada periode Juni hingga September tahun lalu, kini Indonesia dihadapkan pada gelombang baru dari varian Omicron. Per 7 Februari 2022, tambahan kasus harian mencapai lebih dari 27.000 kasus (7-day moving average). Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga puncak gelombang Omicron yang diprediksi terjadi pada akhir Februari. Di sisi lain, beberapa indikator ekonomi masih menunjukkan pertumbuhan yang progresif meski kasus baru terus bermunculan. Pertumbuhan ekonomi pada Triwulan-IV 2021 mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik dengan pertumbuhan sebesar 5,02% (y.o.y). Serupa dengan pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi juga mengalami kenaikan dari 1,84% (y.o.y) di bulan Desember menjadi 2,18% (y.o.y) di Januari. Namun, angka tersebut diperkirakan tidak akan berlangsung lama seiring dengan melejitnya angka pertambahan kasus positif Omicron. Dari sisi eksternal, beberapa bank sentral sudah mulai menaikkan tingkat suku bunga seiring dengan tekanan inflasi yang masih terus terjadi. Sebagai akibatnya, koreksi pada pasar domestik di jangka pendek menjadi tidak terhindarkan yang ditandai dengan adanya arus modal keluar dan pelemahan nilai tukar Rupiah. Menimbang situasi yang ada, Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga pada 3,50% bulan ini sembari mencermati kondisi pasar domestik dan mengantisipasi fluktuasi yang akan terjadi di pasar global.