Sejak Maret 2019, pasar obligasi AS telah mencatat terbaliknya kurva imbal hasil dari obligasi pemerintah AS, yang berarti imbal hasil obligasi jangka pendek telah melampaui obligasi jangka panjang. Kondisi ini mengindikasikan persepsi negatif tentang kinerja ekonomi AS karena kurva imbal hasil yang terbalik biasanya memprediksi terjadinya resesi dalam waktu dekat. Meskipun saluran transmisi dari guncangan global ke perekonomian domestik melalui aliran modal belum tampak jelas di tahun 2020, kekuatiran akan terjadinya krisis di AS dapat memicu terjadinya spekulasi di pasar valuta asing dan di pasar modal. Hal ini akan mempengaruhi sistem keuangan Indonesia dengan memicu terjadinya arus modal keluar, yang memberikan tekanan besar pada Rupiah. Namun, jika pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dapat mengelola ekspektasi pasar, aliran modal akan kembali masuk ke Indonesia setelah periode turbulensi berakhir. Kami memperkirakan adanya kemungkinan untuk BI, setidaknya, menurunkan tingkat suku bunga kebijakan sekali lagi dan kemudian menahannya di tahun 2020 sampai kondisi volatilitas Rupiah membutuhkan adanya pengetatan moneter. Pelonggaran moneter yang sedang berlangsung saat ini akan mendukung pertumbuhan kredit di tahun 2020.