Pada awal 2025 Indonesia menunjukkan gejala perlambatan ekonomi, yang diakibatkan oleh tergerusnya daya beli, menyusutnya kelas menengah dan menurunnya produktivitas sektoral, yang juga tercermin dalam dinamika industri dan ketenagakerjaan (LPEM FEB UI, 2025).
Sektor industri manufaktur yang menjadi tulang punggung penyerap tenaga kerja menghadapi tantangan deindustrialisasi prematur (kontribusi terhadap PDB yang menurun, kontribusi penyerapan tenaga kerja yang menurun, dan produktivitas yang stagnan) (LPEM FEB UI, 2024). Adapun sektor pertanian masih menghadapi berbagai tantangan, meliputi ketersediaan input, teknologi, logistik dan pembiayaan, serta persaingan dengan komoditas impor dan praktek perdagangan internasional yang tidak sehat (Revindo, et. al., 2023).
Indonesia perlu menjaga dan menciptakan kesempatan kerja yang dapat menampung angkatan kerja dalam jumlah besar dan dengan tingkat pendidikan rendah-menengah untuk menekan angka kemiskinan dan menjaga daya beli masyarakat. Program makan bergizi gratis (MBG), serta kelanjutan hilirisasi sumber daya alam ditargetkan mampu menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar. Akan tetapi masih diperlukan identifikasi sektor spesifik yang mampu menjaga kesempatan kerja dalam jumlah besar dan inklusif terhadap tingkat pendidikan rendah-menengah, yang pada gilirannya dapat menjaga daya beli dan penerimaan negara dalam jangka pendek serta pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah-panjang.
Trade and Industry Brief Vol VIII No.2 (Juni 2025) bertujuan: Mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, menampung tenaga kerja dengan pendidikan rendah dan menengah dan semi terampil, menciptakan kesempatan kerja dengan biaya yang rendah; dan Menyusun rekomendasi untuk penguatan sektor-sektor ekonomi padat karya.
Read more: