Inflasi umum meningkat ke 2,75% (y.o.y) di Februari 2024 menyusul peningkatan harga bahan pangan akibat kombinasi tekanan dari sisi permintaan dan produksi. Meningkatnya intensitas El-Nino mendisrupsi kecukupan pasokan komoditas pangan sementara periode Ramadhan menyebabkan peningkatan permintaan komoditas pangan. Lebih lanjut, naiknya inflasi AS secara tidak terduga memicu sentiment bahwa the Fed perlu menunda penurunan suku bunga acuan dari titik tertingginya dalam 23 tahun terakhir. Kondisi ini cukup memengaruhi terjadinya arus modal keluar dari pasar obligasi Indonesia. Terlepas dari tingginya tekanan terhadap Rupiah, beberapa minggu terakhir pergerakan Rupiah cenderung stabil. Sehingga, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00%.
Pentingnya Pengendalian Harga Pangan
Inflasi umum melonjak ke 2,75% (y.o.y) di bulan kedua tahun 2024, meningkat signifikan dari 2,57% (y.o.y) di Januari 2024. Pergerakan harga pangan telah menjadi faktor pendorong utama inflasi pada lima bulan terakhir, menyusul meluasnya gagal panen akibat meningkatnya intensitas dampak fenomena alam yaitu El-Nino. Karena komponen makanan merupakan kontributor terbesar dalam perhitungan inflasi, menjaga harga pangan menjadi isu utama dalam pengendalian inflasi belakangan ini. Sejak September lalu, Indeks Nino telah mencapai tingkat di atas 0,5 (mengindikasikan terjadinya El-Nino) dan saat ini berada di angka 1,80. Berlangsungnya fenomena El-Nino memicu mundurnya musim panen dan mendisrupsi kecukupan pasokan beras. Lebih lanjut, momentum Ramadhan menyebabkan naiknya permintaan produk pangan, termasuk beras. Kombinasi kelangkaan pasokan dan peningkatan permintaan komoditas pangan mendorong inflasi pangan naik mencapai angka 6,73% (y.o.y) di Februari 2024 dari 5,84% (y.o.y) di bulan sebelumnya.