Kamis, 5 September 2024 menjadi hari kelabu bagi sebagian besar orang, khususnya bagi orang-orang yang kenal dan dekat dengan sosok Faisal H. Basri. Pagi itu, kabar duka itu datang. Bang Faisal-begitu sebagian besar dari kami memanggilnya-meninggalkan kita semua. Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Bang Faisal, adalah sosok dan suara jujur, Begitu kesan yang disampaikan oleh sahabat beliau, Sri Mulyani Indrawati ketika mengenang sosok Faisal Basri. Hari itu, banyak sekali tulisan berisi kenangan tentang Bang Faisal yang ditulis oleh sahabat, kolega, junior, serta mahasiswa beliau di FEUI.
Ide untuk mengumpulkan kenangan tentang Bang Faisal ini muncul dari diskusi dengan Mohamad Ikhsan, kolega beliau di kampus FEB UI dan juga di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM FEB UI). Inisiatif ini disampaikan kepada rekan-rekan alumni FEB UI dan akhirnya di dalam buku ini ada kumpulan tulisan dari banyak orang yang bersedia untuk menuliskan obituarinya dan kenangannya untuk almarhum Bang Faisal. Kami yakin, tulisan yang ada di buku ini tentunya tidak akan bisa menampung semua kenangan orang tentang almarhum Faisal Basri. Akan tetapi, buku ini bisa menjadi pengingat kita terkait kesan dan kenangan mendalam terhadap sosok Faisal Basri.
LPEM sebagai “rumah pertama” Bang Faisal—begitu kesan beliau tentang LPEM—merasa punya kewajiban untuk mengumpulkan tulisan ini. Hingga sebelum kepulangan beliau, Bang Faisal masih tercatat sebagai Dewan Penasihat di LPEM. Satu hal yang akan selalu kami pegang teguh, seperti yang dituliskan oleh Chaikal Nuryakin di dalam obituari ini, adalah pesan Bang Faisal agar penelitianpenelitian, dan kami rasa tidak hanya eksklusif dilakukan oleh LPEM, wajib memenuhi beberapa unsur: nilai-nilai integritas, transparan, independensi, dan disiplin. Bang Faisal punya banyak rumah lain. Prof Iwan Jaya Azis dan Prof Mari Pangestu menceritakan kenangan membangun rumah lain di PAU-Ekonomi Universitas Indonesia dengan Bang Faisal. Profesor Dorodjatun Kuncoro-Jakti menceritakan sisi kenangan yang saat mengembangkan mata kuliah Ekonomi Politik dan Sejarah Perekonomian Indonesia di FEUI (dan kemudian FEBUI).
Rumahnya tidak hanya terbatas di kampus UI saja. Bagi beberapa media nasional terkemuka seperti Tempo dan Kompas, Bang Faisal pun tidak asing sama sekali. Di kedua media cetak terkemuka ini, Bang Faisal bukan sekedar kolumnis atau narasumber tetapi juga sedikit dari tokoh yang diminta untuk menjaga kualitas pemberitaan di media ini. Bang Faisal bukan hanya menggunakan atau “digunakan” kedua media terkemuka untuk menyalurkan aspirasinya tetapi menjadi “external controller” kualitas pemberitaan seperti yang dismpaikan oleh Arif Zulkifli (Tempo) dan Sri Hartati Samhadi (Kompas).
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan tulisannya di dalam buku ini untuk mengenang Bang Faisal Basri, mulai dari Sri Mulyani Indrawati, Mohamad Ikhsan, Dorodjatun Kuntjoro Djakti, Iwan Jaya Azis, Mari Pangestu, M. Chatib Basri, Hera Susanti, Titik Anas, Budi Hikmat, Arianto Patunru Ari Pedana, Vid Adrison, Kiki Verico, Andry Asmoro, Chaikal Nuryakin, Luthfi Ridho, Jahen F. Rezki, Teuku Riefky, dan Nicko Yosafat, Arif Zulkifli, dan Sri Hartati Samhadi. Kami ucapkan terima kasih kepada Muhammad Nur Ghiffari dan Muhammad Zhilal Farras Dzikra yang telah membantu penyusunan buku ini.
Kami juga ucapkan terima kasih kepada Muhammad Fadli yang telah bersedia membagikan arsip foto Bang Faisal yang ia miliki untuk dijadikan sampul buku ini. Tentunya, terima kasih kami ucapkan kepada istri Bang Faisal, Syafitrie Nasution beserta ketiga anak beliau: Anwar Ibrahim Basri, Siti Nabila Azuraa Basri, dan Muhammad Attar Basri yang telah memberikan izin dan dukungan dalam menerbitkan buku ini. Semoga buku ini bisa menjadi pengingat kita bagi sosok Faisal Basri, yang menjadikannya abadi di ingatan kita semua.
Salemba, November 2024
Mohamad Ikhsan, Kiki Verico, dan Jahen F. Rezki
Baca selengkapnya: