Pengalaman selama lebih dari lima puluh tahun kemerdekaan Indonesia menunjukkan bahwa angan-angan Bung Hatta untuk menjadikan koperasi ini motor pertumbuhan ekonomi masih jauh dari kenyataan. Bahkan koperasi lebih sering menjadi obyek skandal daripada fungsinya membantu anggotanya.
Beberapa pengamat menganggap bahwa penyebab dari kegagalan koperasi tersebut adalah adanya penyimpangan dalam pelaksanaan prinsip koperasi seperti core business yang tidak jelas, terdominasinya hak anggota oleh pengurus. Sadli (1962) berpendapat kegagalan koperasi dalam awal periode Soekarno karena koperasi kalah bersaing dibandingkan dengan BUMN. Jadi negara (BUMN) yang tidak memberikan kesempatan koperasi untuk berkembang. Berkaitan dengan hal ini, Sadli mencontohkan pada cabang-cabang kegiatan dimana BUMN tidak eksis, koperasi dapat berkembang dengan pesat.