Kenaikan suku bunga kebijakan tidak terduga oleh BI, akibat melebarnya defisit transaksi berjalan dan gejolak arus modal, berkontribusi terhadap presiasi Rupiah bulan lalu. Inflasi yang rendah di saat nilai tukar masih bervolatilitas tinggi disebabkan oleh lemahnya permintaan agregat akibat enaikan suku bunga dan keputusan pemerintah untuk menjaga harga BBM bersubsidi. Berdasarkan sisi eksternal, kami melihat adanya sedikit ekanan terhadap Rupiah seiring berakhirnya efek dari hasil Pemilu Paruh Waktu AS dan ketidakpastian dari tren kurva imbal hasil terbalik pada bligasi AS. Namun demikian, selain kondisi neraca perdagangan yang lebih buruk dari ekspektasi di bulan November, sebagian besar dari faktor endorong dan penarik aliran arus modal akan mendukung Rupiah dalam beberapa bulan ke depan. Saat ini, berdasarkan tingkat depresiasi year-to-date di antara negara-negara berkembang, Rupiah merupakan salah satu mata uang yang paling tidak terpengaruh oleh guncangan global. Kami melihat bahwa Bank Indonesia tidak perlu menaikkan tingkat suku bunga kebijakannya bulan ini.