Aktivitas ekonomi terus merosot pada Triwulan-II 2020 dimana pertumbuhan ekonomi anjlok menjadi 5,32% (y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan positif pada Triwulan-I 2020 sebesar 2,97%. Krisis kesehatan telah menghentikan perekonomian di hampir semua sektor ekonomi dengan tiga sektor teratas perekonomian Indonesia (manufaktur, perdagangan grosir & eceran, dan konstruksi) mengalami pertumbuhan negatif yang lebih besar dibandingkan dengan perekonomian secara keseluruhan. Selain itu, perlambatan ekonomi juga tercermin dari sisi pengeluaran, dimana pertumbuhan konsumsi rumah tangga turun menjadi -5,51% (y.o.y) dari pertumbuhan positif pada Triwulan-I 2020 sebesar 2,84%. Pembatasan mobilitas, perilaku kehati-hatian, dan hilangnya pendapatan tenaga kerja telah menyebabkan kontraksi yang tajam di hampir semua sub sektor konsumsi, kecuali konsumsi di bidang kesehatan & pendidikan dan peralatan. Terbatasnya kegiatan usaha dan konsumsi rumah tangga berkontribusi pada lambatnya pertumbuhan kredit. Rendahnya angka inflasi juga menegaskan bahwa permintaan agregat masih berada pada level terendah. Sementara dari sektor eksternal, perdagangan terus menurun dari level sebelum pandemi akibat penurunan permintaan dan penawaran global, meskipun angka tersebut telah sedikit membaik sejak Juli yang tercatat dengan pertumbuhan bulanan yang positif. Bagaimanapun, penurunan impor yang lebih dalam daripada ekspor telah berkontribusi pada surplus neraca perdagangan dan penurunan CAD yang mencapai US$-2,9 miliar atau setara dengan -1,2% dari PDB pada Triwulan-II 2020.