RINGKASAN
- PDB diperkirakan tumbuh 4,96% (rentang estimasi 4,94%-4,98%) pada Triwulan-III 2024, 5,00%-5,05% untuk FY2024, dan 5,0%-5,1% untuk FY2025.
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat dari 5,11% (y.o.y) di Triwulan-I 2024 ke 5,05% (y.o.y) di Triwulan-II 2024, didorong oleh pertumbuhan belanja Pemerintah yang melambat secara drastis walaupun ada faktor musiman.
- 11 dari 17 sektor perekonomian mengalami perlambatan pertumbuhan di Triwulan-II 2024 dibandingkan triwulan sebelumnya dan sebagian besar sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan lebih dipengaruhi oleh faktor musiman.
- Berkontribusi terhadap 53% dari total aktivitas ekonomi, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93% (y.o.y) di Triwulan-II 2024, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,91% (y.o.y), didorong oleh berbagai periode libur nasional.
- Indonesia mengalami perlambat inflasi selama lima bulan berturut-turut pada Mei hingga September 2024, dan mencapai level terendahnya pada September 2024 sejak masa pandemi COVID-19.
- Perlambatan inflasi sebagian besar didorong oleh faktor sisi penawaran karena datangnya musim panen raya yang mendorong peningkatan pasokan komoditas pangan, meskipun faktor sisi permintaan berupa melemahnya daya beli juga turut berperan.
- Tren PMA dan PMDN berbeda signifikan pada Triwulan-III 2024. PMA tumbuh sebesar 18,6% (y.o.y), meningkat dari 16,65% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya, sementara pertumbuhan PMDN menurun dari 29,1% (y.o.y) menjadi 11,6% (y.o.y) pada periode yang sama.
- Pada Triwulan-II 2024, neraca transaksi berjalan mencatatkan defisit sebesar USD3,0 miliar (0,9% dari PDB), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan defisit USD2,4 miliar (0,7% dari PDB) pada triwulan sebelumnya.
- Rupiah terdepresiasi sebesar 2,91% pada periode 30 September-15 Oktober 2024 menjadi Rp15.575 per USD menyusul meningkatnya ketidakpastian global akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Baca selengkapnya:
ID:
EN: